The Will Power Instinct (7) Menjual Masa Depan: Ekonomi Kepuasan Instan
Kita
manusia memiliki segala macam trik mental untuk meyakinkan diri kita bahwa
waktu untuk melawan godaan itu adalah esok hari, sehingga kita yang memiliki
korteks prefrontal besar menemukan diri kita menyerah lagi dan lagi untuk
kepuasaan segera. Manusia adalah satu-satunya spesies yang berpikir secara
hati-hati tentang masa depan.
Kebanyakan orang, jauh di lubuk
hati, ingin menahan godaan. Kita ingin membuat pilihan yang akan mengarah pada
kebahagiaan jangka panjang. Hal ini menyebabkan kekuatan tekad yang dibatasi,
kita memiliki pengendalian diri sampai kita membutuhkannya. Ketika dopamine
pertama kali menyempurnakan efeknya pada otak manusia, hadiah yang masih
jauh,tidaklah relevan untuk kelangsungan hidup sehari-hari. Kita membutuhkan
motivasi untuk mengejar hadiah yang dekat, buah yang akan Anda dapatkan dengan
harus memanjat pohon, atau menyebrangi sungai untuk memenuhi tangan kelaparan
Anda.
Godaan memiliki peluang yang sangat
kecil. Untuk benar-benar membingungkan korteks prefrontal, penghargaan harus
tersedia sekarang, dan untuk efek yang maksimum, Anda perlu melihatnya. Segera
ssetelah ada jarak antara Anda dan godaan, kekuatan keseimbangan bergerser
kembali ke sistem pengendalian diri yang ada di otak. Apa saja yang dapat Anda
lakukan untuk menciptakan jarak akan membuat lebih mudah untuk mengatakan
tidak.
Ketika “tidak pernah lagi”
tampaknya terlalu membingungkan untuk menangani tantangan kekuatan tekad,
gunakan aturan penindaan sepuluh menit untuk mulai memperkuat control diri
Anda. Untuk mencapai tujuan, kita harus membatasi pilihan. Ini disebut precommitment. Sisi rasional dan sisi
tergoda terlibat perang, masing-masing dengan tujuan yang sangat berbeda. Sisi
rasional diri Anda menetapkan tindakn bagi Anda unruk diikuti, tetapi sering
kali sisi yang tergoda, dengan preferensi berlawanan, diizinkan untuk melakukan
apa yang diinginkan, hasil akhirnya akan menjadi sabotase diri. Sisi diri yang
tergoda adalah musuh tak terduga dan tidak dapat diandalkan.
Kita berpikir tentang masa depan
diri kita seperti orang lain. Kita sering mengidealkan mereka, megharapkan masa
depan diri kita untuk melakukan pa yang diri kita sekarang, tidak bisa atasi.
Kadang-kadang kita salah memperlakukan mereka, membebani mereka dengan
konsekuensi dari keputusan kita sekarang. Kadang-kadang kita hanya salah paham
tentang mereka, gagal untuk menyadari bahwa mereka memiliki pikiran dan perasaan
yang sam seperti diri kita saat ini. Namun jita berepikir tentang masa depan
diri kita, jarang sekali kita melihat merekea sebagai bagian sepenuhnya dari
kita. Dan meskipun Anda munmgkin berpikir kita secarea alami akan membentuk
aliansi antara diri kita sekarang dan diri masa depan, ternyata kita lebih
mungkin untuk menyelamatkan diri kita sekarang dari sesuatu yang telalu
menimbulkan stress, tetapi membebani masa depan diri kita seperti kita ini
orang asing.
Memikirkan masa depan kitra
setinggi-tingginya akan baik jika benar-benar bisa mengandalkan masa depan kita
untuk bersikap sangat mulia. Tetapi biasanya, pada saat kita sampai ke masa
depan, masa depan ideal kita tidak akan ditemukan, dan tinggal diri kita yang
lama yang membuat keputusan. Bahkan ketika kita berada di tengah-tengh konflik
pengendalian diri, dengan bodihnya berharap bahwa sisi masa depan kita tidak
akan mengalami konflik.
Kebiasaan otak memperlakukan masa
depan diri seperti memperlakukanb orang lain memiliki konsekuensi yang besar
bagi pengontrolan diri. Sistem refleksi diri kurang aktif di otak Anda ketika
Anda merenung tentang masa depan Anda, semakin mungkin Anda berkata “screw you” kepada Anda masa depan, dan
“ya” kepada kesenangan segera. Kita semua lebih peduli tentang kesejahteraan
kita sendiri dibandingkan dengan orang asing, orang-orang cenderung tidak
menabung untuk masa depan diri mereka karena merasa sepereti menyisihkan untuk
orang asing. Sebaliknya, merasa dekat dengan masa depan diri kita melindungi
kita dari impuls terburuk kita.
Komentar
Posting Komentar