The Power of Habit (5) Starbuck dan Kebiasaan Sukses –Ketika Kekuatan Tekad Menjadi Otomatis
Bagi
Travis dan ribuan orang lain, Starbuck, seperti sejumlah perusahaan lain, telah
berhasil mengajarkan keterampilan hidup yang gagal diajarkan di sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Semua pegawai, pada tahun pertama mereka saja,
menghabiskan setidaknya lima puluh jam di ruang-ruang kelas Starbucks, dan
lusinan jam lagi di rumah bersama buku-buku latihan Starbucks dan berbicara
dengan para mentor Starbucks yang dipasangkan dengan mereka. Pada inti
pendidikan itu, terdapat focus intens terhadap satu kebiasaan maha penting,
kekuatan tekad. Lusinan penelitian menunujukkan bahwa kekuatan tekad merupakan satu-satunya
kebiasaan kunci paling penting bagi keberhasilan indivual.
Penelitian mengidinkasikan xara
terbaik memperkuat kekuatan tekad dan membantu murid-murid agara menjadi lebih
baik adlaah menjadikannya suatu kebiasaan. “Terkadang seoalh-olah orang-orang
dengan kendali-diri besar tidak bekerja keras, namun itu karena mereka telah
menajdikannya otomatis”. Angela Duckworth, peneliti University of Pennsylvania
berkata, “Kekuatan tekad mereka timbul tanpa perlu mereka pikirkan”.
Bagi Starbucks kekuatan tekad lebih
daripada sekadar keingintahuan akademik. Para eksekutif menulis buku-buku
latihan yang pada dasarnya berperan sebagai panduan untuk menjadikan kekuatan
tekad suatu kebiasaan dalam hidup para pekerja. Starbucks memiliki lusinan
rutinitas yang diajarkan kepada para pegwai untuk digunakan pada titik-titik
kritis yang membuat stress. Di sepanjang manual-manual pelatihan, ada lusinan
halaman kosong di mana para pegawai bisa menuliskan rencana-rencana untuk
mengantisipasi bagaimana mereka akan mengatasi titik kritis. Merka kemudian
mulai melatih rencana-rencana itu lagi, dan lagi, sampai semuanya menjadi
otomatis.
Begitulah bagaimana kekuatan tekad
menajdi kebiasaan, dengan memilih suatu perilaku tertentu sebelumnya, dan
kemudia mengikuti rutinitas itu ketika muncul titik kritis. Namun, para peneliti menyadari bahwa sebagian
orang, seperti Travis, mampu menciptakan kebiasaan kekuatan tekad dengan
relative mudah. Tapi, yang lain terseok-seok, tak peduli seberapa banyak
pelatihan dan dukungan yang mereka terima.
Perbedaan pentingnya adalah rasa kendali yang mereka miliki atas
pengalaman mereka.
“Ketika orang diminta melakukan
sesuatu yang membutuhkan kendali diri, bila mereka berpikir melakukan itu untuk
alasan-alasan pribadi, bila mereka merasa itu adalah pilihan atau sesuatu yang
mereka nikmati karena membantu seseorang, sesuatu itu itdak terasa terlampau
melelahkan. Bila mereka merasa mereka tidak punya otonomi, bila mereka hanya
menuruti perintah, otot-otot kekuatan tekad jauh cepat merasa menjadi lelah. Kekuatan
tekad mereka lebih terkuras. “
Komentar
Posting Komentar