The Power of Habit (6) Kekuatan Krisis-Bagaimana Para Pemimpin Menciptakan Kebiasaan Melalui Ketidaksengajaan dan Kesengajaan
Rhode
Island Hospital adalah tempat yang penuh budaya yang merusak. Tak seperti di
Alcoa, di mana kebiasaan-kebiasaan kunci yang dirancang secara berhati-hati
demi keselamatan pekerja telah mendatangkan kesuksesan yang semakin meningkat,
di Rhode Island Hospital kebiasaan timbul sambil jalan di antara para perawat
yang mencari cara mengatasi arogansi para dokter. Rutinitas di rumah sakit itu
tidak dipikirkan secara berhati-hati. Rutinitas justru muncul akibat
ketidaksengajaan dan menyebar melalui bisikan-bisikan peringatan, sampai satu
pola beracun muncul. Hal ini bisa terjadi di dalam organisasi apa pun yang
tidak memiliki kebiasaan yang dirancang dengan sengaja. Bila memilih kebiasaan
kunci yang slaah justru mendatangkan bencana.
Kebiasaan-kebiasaan itu adalah
produk dari tifak berpikir panjang, dari para pemimpin yang emoh memikirkan
mengenai budaya itu sehingga membiarkannya berkembang tanpa dibimbing. Tidak
ada organisasi yang tidak memilliki kebiasaan institusional. Yang ada hnayalah
organisasi yang merancang kebiasaan dengan sengaja, dan organisasi yang tidak
merancangnya dengan matang, sehingga kebiasaan seringkali tumbuh dari
persaingan atau rasa takiut. Namun terkadang, bahkan kebiasaan merusak pun bisa
diubah oleh para pemimpin yang tahu bagaimana menyambar kesempatan yang tepat.
Terkadang, di tengah-tengah krisis, kebiasaan-kebiasaan yang benar bisa muncul.
Sebagian besar organisasi membuat
keputusan rasional berdasarkan pembuatan keputusan secara sengaja, namun cara
perusahaan bekerja sama sekali bukan begitu. Kebiasaan-kebiasaan organisasional
itu atau “rutinitas”, sangatlah penting, sebab tnapa kebiasaan, sebagian besar
perusahaan tak akan bisa menyelesaikan apa-apa. Rutinitas menyediakan ratusan
aturan tak tertulis yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi. Rutinitas
memungkinkan para pekerja bersksperimen dengan gagsan baru tanpa harus meminta
izin pada setiap tahap. Rutinitas memberikan semacam “imgtatan organisasional”,
sehingga para manajer tidak harus memperbarui proses penjualan setiap enam
bulan atau panic setiap kali ada wakil presiden yang berhenti. Rutinitas
mengurangi ketidakpastian. Rutinitas
menciptakan gencatan senjata antara kelompok-kelompok atau individu-individu
yang berpotensi berperang dalam satu oraganisasi.
Nyaris sepanjang waktu, rutinitas
dan gencatan senjata bekerja sempurna. Tentu saja ada persaingan, namun berkat
kebiasaan-kebiasaan institusional, persaingan dijaga agar tak melebihi batas
dan bisnis pun berkembang. Menciptakan organisasi yang sukses bukan hanya masalah
menyeimbangkan kewenangan. Agar organisasi bisa bekerja, para pemimpon harus
membudayakan kebiasaan-kebiasaan yang menciptakan perdamaian yang nyata dan
seimbang sekaligus, secara paradoksikal, menjelaskan dengan tegas siapa yang
memegang kekuasaan.
Perusahaan dengan
kebiasaan-kebiasaan disfungsional tidak bisa berubah semata karena diperintah
seorang pemimpin. Para eksekutif yang bijak justru mencari momen krisis atau
menciptakan perssepsi krisis dan menumbuhkan perasaan bahwa ada yang harus
berubah, sampai akhirnya setiap orang siap merombak pola-pola yang mereka
gunakan dalam hidup sehari-hari. Kepala staf Presiden Obama, Rahm Emanuel
berkata, “Krisis ini menyediakan kesempatan bagi kita untuk melakukan hal-hal
yang tidak bisa kita lakukan sebelumya”.
Komentar
Posting Komentar